Mungkin ada sebagian yang bingung membaca judul di atas, "kenapa jangan jadi lilin? secara lilin kan bercahaya, menerangi, indah banget kalo di malam hari!". Yaa, gak salah memang, gak salah. Tapi supaya lebih jelas, simak kisah dela dibawah dulu yuuk.
Jadi gini...
Kerap kali teman-teman minta tolong ngerjain sebagian (kadang semua) tugas yang mereka punya.Kadang sih, kalo temen yang minta tolong itu bener-bener gak mampu atau gak ngerti dela bakal ngebantuin. Tapi beberapa kali temen-temen minta tolong pada saat dela lagi bener-bener cape dan banyak tugas yang harus dela selesaikan.
Di satu sisi, dela enggak tega sama yang minta tolong. Tapi di satu sisi dela gak mungkin sanggup ngerjain semuanya. Apalagi kalo minta toloongnya itu ngedadak. Pernah bahkan sering karena enggak tega, akhirnya dela mau aja ngebantuin. Alhasil, tugas temen emang jadi dengan baik karena dela emang enggak suka ngecewain orang pada dasarnya. Tapi sayang sangat disayangkan dela kecapean nyaris bahkan pernah sampai sakit dan juga tugas yang jadi kewajiban dela, hasilnya enggak maksimal.
Nah, dari kisah di atas mungkin sudah ada sedikit gambaran yang memperjelas judul yang ada di atas. Jadi, seperti kisah dela di atas. Dela memang membantu orang lain, tapi pada akhirnya rugi sendiri. Sama halnya seperti lilin. Memang, lilin itu menerangi, tapi dia membakar dirinya sendiri, yang sedikit demi sedikit akan membuatnya terus mengecil, mengecil sampai akhirnya lilin tersebut habis.
Ya, jangan sampai kita menjadi lilin, tapi jadilah kita speerti matahari, yang tidak hanya menyinari kita, tapi juga menyinari dirinya sendiri.
Seperti dalam puisi di bawah,
Belajarlah Dari Matahari
Puisi
Oleh: DR. Amir Faishol Fath
dakwatuna.com
Anakku, lihatlah matahari itu
Ia tidak pernah berhenti memberikan cahaya
Sekalipun orang-orang tidak mau memujinya
Tidak pernah memberikan penghargaan kepadanya
Ia tetap memberikan pencahayaan
Bayangkan, apa yang akan dialami bumi
Bila matahari tidak mau bercahaya
Anakku, janganlah kau putus asa
Karena besok pagi matahari itu akan terbit kembali
Songsonglah masa depan dengan semangat membara
Tanpa kenal lelah dan pudar
Karena dengannya kau akan menjadi mulia
Anakku, kau lihat matahari itu sangat tinggi
Tetapi ia masih mau membantu bumi
Karenanya, bila engkau kelak sedang di atas
Janganlah lupa kepada yang di bawah
Sebab kau akan semakin tinggi ketika kau selalu merendah
Anakku, matahari itu tidak lupa diri
Sekalipun ia sibuk memberikan cahaya kepada semesta
Ia juga memberikan cahaya pada dirinya
Karenanya janganlah kau menjadi seperti lilin
Yang rela membakar dirinya untuk pencahayaan
Tetapi jadilah seperti matahari
Yang memberikan cahaya bagi orang lain
Juga memberikan cahaya bagi dirinya sendiri.
Washington DC, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar