Salam

Assalamu'alaykum... :)

Sabtu, 29 Oktober 2011

“Matematika? siapa takut!”


cerpen ini saya tulis waktu SD, diangkat dari kisah nyata saya yang sangat takut dengan MATImatika (hehe, ga sangat sih, takut tapinya.. )
“Matematika?  siapa takut!”

Dag…dig…dug, terdengar suara detak jantungku saat namaku dipanggil ibu guru untuk maju ke depan kelas menyelesaikan salah satu soal matematika.  Dalam hatiku aku berkata “ sial, kenapa aku sih yang disuruh maju?” omelku dalam hati. Akupun beranjak dari mejaku menuju papan.
Kuterdiam. Beberapa saat suasana di dalam kelas hening. Kuberpikir bagaimana cara menyelesaikan soal yang menurutku sulitnya minta ampun ini. Teman-temanku yang mendapat giliran untuk maju kedepan datang silih berganti menyelesaikan soal yang diberi Ibu guru.
Hingga, beberapa menitpun berlalu dengan cepatnya. Tapi tak setitik angkapun tertulis. “aduh susah benget sih soalnya!” , bisikku dalam hati. Sambil terus berpikir aku terus berdoa “ya Tuhan, bantulah aku menyelesaikan soal ini dengan cara apapun .Aku janji akan belajar lebih giat Tuhan”
Karena di depan terlalu lama aku jadi malu pada teman-temanku. Sampai-sampai keringat dinginkupun keluar.
Tak lama kemudian “Tet…Tet...”.Bel pulang berbunyi. “Huff…”desahku. Akhirnya aku pulang  sambil terus bersyukur pada Tuhan.
Setelah makan siang aku langsung tertidur saking lelahnya. Tiba-tiba aku terjaga dari tidurku. Aku segera beranjak dari tempat tidurku menuju ke kamar mandi membasuh mukaku. Kemudian saat aku keluar kulihat beberapa buku berserakan di atas tempat tidurku. Dengan segera kurapikan buku-buku tersebut ke tempat semula. Melihat buku-buku itu aku jadi mengingat kejadian menyeramkan di sekolah tadi.
Kuambil beberapa contoh soal-soal matematika, kupelajari dan kemudian mulai kujawab. Saat kujawab soal tersebut ternyata tidaklah sulit. “Luar biasa!”seruku. Saking gembiranya aku meloncat-loncat di atas tempat tidurku, terus meloncat dan terus meloncat hingga…. “BRUUK”. Aku terjatuh dan ternyata itu semua hanyalah mimpi.
Hampir saja aku putus asa. Tapi aku tidak mau hanya bisa dalam mimpi.  Aku ingin semua jadi kenyataan. Tiba-tiba teringat nilai matematikaku yang di bawah rata-rata. Maka, segera kuambil salah satu buku.  Kupelajari dan kuhafalkan soal-soal dengan rumusnya . 
Tepat pukul 07.00 aku makan malam. Kemudian kembali ke meja belajar. Dan perlahan namun pasti aku mulai mencoba mengerjakan satu soal yang kemudian disusul oleh soal-soal yang lain. Tentunya dengan rumus yang sudah sebagian kuhafalkan dan ku pelajari tadi. Walaupun tidak sepenuhnya bisa tapi setidaknya ada kemajuan.
Keesokan harinya ibu guruku memanggilku. Di ruangannya ia berkata bahwa sebentar lagi ujian akan di laksanakan. Jika aku tidak rajin belajar kemungkinannya aku tidak bisa lulus. Karena pelajaran yang paling sulit nanti ialah matematika, lagi pula nilai pelajaran tersebutlah yang paling dipertimbangkan. Hari demi hari kulalui sambil terus berusaha belajar, menghafal, menjawab, menghafal, menjawab begitu seterusnya.
Akhirnya waktu ujianpun tiba. Mata ujian pertama adalah matemika pelajaran yang paling kusegani. “Tapi…., tidak!” ucapku dalam hati, “Aku harus buktikan pada semua bahwa aku bisa!” seruku kemudian.
Ujianpun dimulai “huff..” kumenghela nafas. Lembar ujian telah dibagikan. Kini saatnya mengerjakan. Meski sedikit sulit tapi aku bersyukur karena aku bisa menjawab semua soal tanpa ada yang kosong tepat pada waktunya. Ujian-ujian berikutnyapun kulalui dengan mudahnya.
Hingga satu minggu telah berlalu saatnya ujian dibagikan. B.inggris, Pkn, IPA, Bahasa indonesia, IPS dan pelajaran yang lainnya. “Ye..” kataku dalam hati. Karena semua nilai pelajaran tersebut di atas rata-rata. Hingga saatnya lembaran ujian yang terakhir “Matematika”.
Ketika namaku disebut untuk maju ke depan mengambil lembaran ujianku jantungku mulai berdebar makin lama makin kencang dug..dag..dug. Kuambil secarik kertas dari tangan ibuguru dengan gemetar. Saat kulihat wajah Ibu guru, Ibu guru tersenyum padaku. Aku yang awalnya takut melihat hasil ujian tersebut langsung melihat dan, “Yeah...aku berhasil”,  teriakku saat itu juga. Nilaiku 8, kata buguru nilaiku tidak begitu buruk.
Saat pembagian rapor tiba, kulihat raporku sambil gemetar dan ternyata aku lulus dengan nilai yang memuaskan. Betapa senang hatiku. Dari dalam hati aku berkata “ Alhamdulillah, ternyata jika berusaha dengan sungguh-sungguh, apapun yang kita inginkan pasti akan tercapai!”. Akupun pulang dengan langkah yang pasti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar