Salam

Assalamu'alaykum... :)

Sabtu, 29 Oktober 2011

SEKALI SAHABAT,TETAP SAHABAT


                Cerpen ini dela buat kalo gak salah waktu dela baru pindah ke Bogor. Ini waktu dela kelas 6an lah, ini lagi kangen-kangennya sama sahabat-sahabat dela yang lagi ada di Mataram.
semoga mereka juga deh.. :)

                 
  Hari ini, seperti biasa aku pergi ke sekolah bersama Dewi, sahaabt baruku. Ya, sejak beberapa tahun belakangan ini ak dan dia mulai dekat. Walaupun dulu aku dan dia adalah musuh, tapi entah mengapa Dewi tiba-tiba berubah baik kepadaku. Sedangkan sahabatku, Salsa  yang dulunya sangat dekat padaku menjauh dariku tepat pada saat Dewi berubah. Aneh bukan?? Tapi entahlah, aku tidak ambil pusing, mungkin saja itu hanya sebuah kebetulan. tapi, sebenarnya dalam hatiku sanagt sedih. Aku rindu bermain dengan Salsa, bercanda tawa dengannya, bercerita padanya. Aku ingin sekali katakan padanya bahwa aku sanagt sayang padanya. Tapi itu tidak mungkin, karena setiap kali aku mencoba untuk berbicara dengannya, dia menjauhiku. Seolah-olah aku adalah musuhnya. Aku tidak mengerti, sangat tidak mengerti.
Teet…., bunyi bel masuk berbunyi ketika aku dan Dewi sampai di kelas. Aku masih termenung memikirkan Salsa.  Hingga, bu Mirapun masuk ke dalam kelas. Akupun berusaha focus pada pelajaran yang akan diberikan, ya walaupun segudang pikiran masih terjebak di dalam kepalaku.
Saat istirahat, aku diajak Dewi  untuk jajan ke kantin. Tap aku menolaknya, aku ingin mencoab berbicara denagn Salsa, walaupun sering gagal, aku akan terus berusaha. Demi persahabatan kami.
Aku berkeliling sekolah, mencari salsa.  Hingga aku masuk ke dalam sebuah kamar mandi. Aku menemukan Dewi dan seorang perempuan. Tidak jelas siapa, karena ditutupi pintu. Akupun menghentikan langkahku.  Terdengar dari luar Dewi sedang berbicara kasar seperti sedang mengancam perempuan itu. Samar-samar kudengar namaku disebut. Tapi tidak jelas, apa yang sednag mereka bicarakan. Akupun, makin penasaran, aku semakin mendekat, mendekat, hingga…. Bruuk!! Aku terjatuh. Pandang dewi dan perempuan itu tertuju padaku. Uppps, “Salsa?” seruku terkejut. Aku semakin penasaran dan bingung. Apa yang sedan mereka lakukan di sini? Apa yang sednag mereka buicarakan?? Mengapa merka menyebut-nyebut namaku?? Mengapa?? Belum terjawab semua pertanyaanku, aku sudah di bingungkan lagi oleh pertanyaan dewi, “ehm… Ry, ngapain kamu??, kok tiduran depan pintu WC sich??” tanyanya terjejut. “mmm, aku tadi ada yang dorong, makanya tiduran depan pintu, eh, bukan, jatuh” jawabku bohong. Entah mengapa sesaat kemudian salsa pergi keluar, dengan wajah yang sedih.
Aku semakin penasaran, hari demi hari Salsa semakin menjauh, dan Dewi seolah ingin selalu dekat denganku, padahal ada sesuatu yang aku rasa aneh dari Dewi. Akhirnya akupun memutuskan untuk menyelidiki mereka. Aku mengikuti kemana Salsa ataupun dewi pergi. Hingga pada suatu hari, aku melihat meraka bertemu lagi, di belakag sekolah. Tapi sekarang suara mereka jelas, karena tidak dihalangi oleh apapun. Dan akhirnya akupun tau, bahwa selama ini Dewi hanya berpura-pura berteman denganku, ia hanya ingin membalas dendam kepada aku dan Salsa, karena dia tau kalau kami tidak dapat dipisahkan. Maknaya dia ingin membuat kami sedih, dan saling emnjauh, dengan mengancam salsa kalau dia tidak menjauhiku, maka dia akan menyakitiku. Makanya selam ini salsa menjauh kepadaku. Akupun, keluar dari persembunyianku. Dan berkata “ oh… jadi selama ini, kamu hanya berpura-pura menjadi sahabatku?? Iya?? “ ucapku lantang dengan penuh rasa amarah. “kamu jahat Dewi, kejam, kamu tega membuat kami menjahuh, kamu jahat. Padahal aku sudah percaya padamu, tapi kenapa?? Kenapa???”  akupun berlari bersama air mataku yang berjatuhan.salsa mengejarku.   Aku terus berlari, diikuti oelh Salsa. Aku sangat kecewa.  Aku berlari hingga ke tengah jalan raya, beberapa saat kemudian… BRUUAKK….aku menengok ke belakang, dan ternyata…. “SALSA!!!” teriakku.
Sekarang, di ruangan yang serba putih ini aku berusaha menyadarkan Salsa. “sa, bangun, bangun sa! Bangun!” isakku. Tanpa kusadari, mata Salsa mulai terbuka perlahan-lahan. Dia pun mulai berbicara. “maR, maafin aku ya, aku dah ngejauhin kamu selama ini… aku sanagt menyesal. Tapi asal kamu tau, aku ngelakuin itu karena kau saynag sama ka….”. Terhenti. Suaranya terhenti yang kemudaian diiringi suara TIIIIIIT.
Air mataku kinii telah membanjir di atas pemakaman Salsa. Belum sempat aku mengatakan bahwa aku tidak pernah marah padanya, aku tau dia tidak mungkin menjauhiku. Dan bahwa aku sangaaaaat sayang padanya. Walaupun kemarin Dewi sudah meminta maaf padaku. Tetap tidak bias menghilangkan kesediahnku, karena itu tidak akan bisa mengembalikan salsa ke dunia.
Sekarang aku hanya berharap, agar salsa bahagia di Surga, dan dapat menemukan sahabat  yang akan menemaninya.
Tapi aku ingin dia mendengar bahwa, walaupun dia telah pergi, tapi aku akan tetap menjadi sahabatnya. Selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar